Makan siang bukan cuma urusan perut. Ada kehangatan dalam setiap suapan, bukan hanya dari rasa makanan, tetapi juga tawa teman seperjalanan atau percakapan ringan yang menenangkan hati. Makan sendirian pun menyenangkan. Hidup tak melulu tentang bergegas, melainkan menikmati diri dan hari dengan bahagia.
Makna Makan Siang
Makan siang juga sering menjadi momen kebersamaan. Di warung, kantor, restoran, kedai kaki lima atau di tepi sawah seusai trekking, kita bisa menemukan kebahagiaan sederhana dari sepiring nasi hangat dan lauk favorit. Duduk santai, menyeruput teh tawar panas, disertai obrolan ringan yang mengalir.
Makan siang hadir sebagai jeda yang menyenangkan. Di tengah langkah dan lelah, setiap makan siang merupakan pengingat bahwa kita masih diberi kesempatan untuk berhenti sejenak, menikmati rasa dan bersyukur atas rezeki yang hadir di depan mata.
Buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya"
Buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" diluncurkan di ajang Ubud Food Festival 2025, Sabtu, 31 Mei 2025. Buku ini adalah persembahan kolektif dari Omar Niode Foundation, Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, dan Komunitas Food Blogger Indonesia sebagai upaya pelestarian warisan kuliner Nusantara.
![]() |
| Book Talk Tradisi Makan Siang Indonesia di Atelier Rasa |
Isi dan Pendekatan Buku
Buku bilingual (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yang disunting oleh Ibu Amanda Katili Niode, Ph.D ini diterbitkan oleh Diomedia Publishing. Di dalamnya terdapat 40 kisah kuliner dari 17 provinsi di 8 pulau yang mencakup beragam hidangan, seperti soto Banjar dari Kalimantan Selatan, rujak cingur dari Jawa Timur, papeda dari Papua dan lain-lain.
Tak hanya foto-foto dan resep, buku Tradisi Makan Siang Indonesia juga dilengkapi dengan pengolahan, pilihan wadah penyajian serta cara menyantapnya. Penulis tidak hanya bertutur soal resep atau menu, melainkan “cerita” tentang bagaimana asal-muasal hidangan, bagaimana orang menikmatinya, siapa yang memasak dan lain-lain.
Ibu Amanda, yang juga Ketua Omar Niode Foundation, menuturkan, “Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner. Makan siang mencerminkan nilai kekeluargaan, kreativitas lokal, dan bahkan daya tahan budaya.” Peluncuran buku dipandu oleh Robby Bagindo dari Masak TV dan Tastemade, serta dihadiri oleh tiga narasumber utama yakni:
- Amanda Katili Niode, editor buku dan pegiat keberlanjutan pangan,
- Mei Batubara, tokoh pelestari budaya kuliner dan penulis prolog buku.
- Harry Mangat, chef asal India dan pendiri Biji Dining, sebuah proyek pop-up dining nomaden.
Mengapa Buku ini Penting?
Rata-rata masyarakat di Indonesia menganggap bahwa makan (siang) adalah hal biasa, misalnya nasi, lauk, sayur, kerupuk, sambal. Nah, buku ini memperlihatkan derajat makan siang menjadi “wawasan budaya” yang patut dilestarikan. Gaya hidup baru, modernisasi terkadang mengubah pandangan “makan siang” yang lebih bermakna.
Baca juga:
Keseruan Cooking Class Membuat Pretzel Bersama Anchor Indonesia
Resep Ikan Fillet Tilapia Goreng Saus Cabai Hijau Nanas
Siapa yang Cocok Membaca Buku Ini?
- Buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" cocok dibaca oleh siapa saja, yang ingin membaca buku ringan namun memiliki makna tentang makanan dan budaya Indonesia.
- Koki, food blogger, penggiat gastronomi yang membutuhkan inspirasi hidangan lokal dan konteksnya.
- Mahasiswa, peneliti budaya, antropologi yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kuliner sebagai bagian dari identitas dan kebiasaan masyarakat.
- Pencinta kuliner, penikmat fotografi, serta orang-orang yang penasaran tentang makna di balik piring makan siang kita.
Kelebihan Buku yang Bikin Asyik Dibaca
Berikut adalah kelebihan buku yang membuat pembaca tak bosan menikmati isinya, yakni:
- Inspiratif: Ingin tahu lebih jauh tentang menu lokal, konteks sosialnya, penyajian dan sebagainya, buka hanya resep.
- Ideal bagi mereka yang ingin memahami bahwa makan siang itu lebih dari sekadar “isi perut”.
- Bahasa tidak terlalu formal, lebih santai. Gaya bahasanya persuasif, bukan menggurui namun lebih pada berbagi cerita maupun pengalaman.
- Visualisasi ragam daerah: “keliling” Indonesia lewat cerita makanan dari Papua hingga Kalimantan dan sebagainya.
Wisata Kuliner Suryakencana Bogor, Pergi Pulang Naik Motor, Nyali Gak Kendor!
Itulah judul artikel yang aku tulis sebagai salah satu kontributor buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya". Siomay Ayam dan Ikan Tenggiri “Gaya Baru”, Bacang Panas Pak Hadi, Soto Kuning Pak Bongkok, Laksa Gang Aut Mang Wahyu, Es Bir Kotjok Si Abah merupakan hidangan kaki lima yang masuk ke perut kami tanpa ampun.
![]() |
| Buku Tradisi Makan Siang Indonesia |
Bagaimana mau minta ampun? Pergi dan pulang Jagakarsa, Jakarta Selatan sampai Suryakencana, Bogor saja aku dan suami naik motor! Yes, Suzuki TS 125 ’93 😃 Berkelana sekian puluh kilometer dengan perut kosong di pagi hari. Sengaja belum makan di rumah karena ingin kulineran romantis. Ternyata benar, makan itu bukan sekadar mengisi perut.
Makan pagi dirapel dengan makan siang di Suryakencana sungguh mengasikkan dan menjadi momen tak terlupakan bagi kami. Apalagi cuaca saat itu turut mendukung. Dari sinar mentari yang malu-malu muncul, hingga yang dengan percaya dirinya menyinari manusia di siang hari. Petikan gitar dan suara pengamen menyertai kami di beberapa tempat makan. Seperti live music!
Book Talk “Tradisi Makan Siang Indonesia”
Alhamdulillaah, aku berkesempatan menghadiri acara ‘book talk’ di Atelier Rasa, Barnyard Kemang pada hari Kamis, 16 Oktober 2025 lalu, bertepatan dengan peringatan World Food Day. Aku dan teman-teman blogger penulis buku ini turut icip-icip makanan khas Gorontalo yang istimewa buatan kak Zahra yang merupakan kontributor buku juga.
Betapa senang dan bangga aku bisa memegang, membawa pulang dan memeluk buku “Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya”. Istimewa sekali, tebalnya 505 halaman, full color dan hard cover.
Icip-Icip Kuliner Gorontalo di Atelier Rasa
Sambil menikmati book talk "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" aku dan teman-teman komunitas Food Blogger Indonesia, penulis lain yang bukan dari komunitas serta seluruh tamu yang hadir, mencicipi hidangan Gorontalo buatan Chef Ragil Imam Wibowo dan Kak Zahra.
![]() |
| Icip-Icip Kuliner Gorontalo di Atelier Rasa |
Di sebuah meja besar tersaji Duduli, Kue Karawo, Olopopo, Kapodo dan lain sebagainya. Duduli bertekstur lengket rasanya manis legit. Ini makanan manis mirip dodol, terbuat dari ketan, santan dan gula merah. Kue Karawo yang elegan dan khas adalah kue kering unik terinspirasi dari sulaman karawo.
Olopopo, camilan ringan gorengan dari singkong dan kelapa, rasanya renyah dan gurih. Adapun Kapodo terbuat dari ubi kayu parut, beras matang dan kelapa parut. Teksturnya lembut kenyal dengan rasa gurih alami. Secara tradisional, makanan ini dimasak dalam belanga tanah liat.
Ruang Aksara Rasa Atelier Rasa Indonesia
- @atelier_rasa.id
- Jalan Kemang Selatan 11 No. 6 Jakarta Selatan
Tempat belajar masak dan mengenal kuliner budaya Indonesia & café yang dikelola oleh Nusa Foundation. Senin tutup, Selasa-Minggu 08.00-20.00 WIB.
Teman-teman, itulah sekilas kisah tentang book talk "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" serta icip-icip kuliner Gorontalo di Atelier Rasa bersama komunitas Food Blogger Indonesia. Terima kasih kepada seluruh pihak atas jalinan silaturahmi dan kerjasamanya, sehingga buku spesial ini bisa terwujud dengan baik. Sampai jumpa lagi!

.jpg)
.jpg)
.jpg)
No comments:
Terima kasih atas kunjungan teman-teman :) Semoga betah membaca kisah seru dan penuh memori di blogku ini. Silakan tinggalkan pesan, kesan maupun saran. FYI, seluruh komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu. Oh ya, komentar dengan link hidup tidak akan aku munculkan.