14.10.25
Trekking Sentul: Curug Leuwi Hejo, Curug Benjol, Curug Barong dan Makan Nasi Liwet di Tepi Sawah
Siapa sangka, trekking perdana aku bersama komunitas Food Blogger Indonesia menjadi pengalaman istimewa! Kami berjalan di pematang sawah, menyusuri ladang, kebun dan menciptakan momen yang akan selalu dikenang. Berpetualang curug Sentul mulai dari Leuwi Hejo, Leuwi Benjol dan Leuwi Barong, kami menikmati panorama alam yang memesona dan kesegaran air terjun yang menyegarkan.
Jadi Trekking Gara-Gara Diajak Teman Blogger
Seorang teman yang merupakan travel blogger keren, mbak Katerina (biasa dipanggil mbak Rien) mengirim pesan via Whatsapp pada hari Kamis, 21 Agustus 2025. Mbak Rien yang juga merupakan founder komunitas Food Blogger Indonesia bertanya, “Mbak, suka trekking ga? Trekking sungai, kebun, sawah dan main air di curug. Yang rutenya ramah anak dan manula.” Hah, manula? Lansia hihihihi 😁
“Aku udah beli sepatu trekking. Kita pakai guide, udah disiapin makan, tinggal berangkat. Kalau kumpul di resto ngumpulin lemak, kalau trekking bakar lemak,” ujarnya lagi sambil tertawa emoticon-nya.
Setelah dipikir masak-masak eeeaaaa, hanya berselang sehari dua hari, aku jawab, “Mauuuu!”. Tentu aku harus minta izin Aa Rahmad, suamiku terlebih dahulu. Aku iseng cek di HP-ku ternyata di tahun 2021 dulu aku sempat chat dengan 4 macam pelayanan/ jasa trekking curug Sentul yang ada di Instargram, namun belum terealisasi karena suamiku belum begitu tertarik wkwkwkwk 😃
Awalnya aku sempat ragu karena aku sudah lama banget ga jalan jauh di alam terbuka. Sempat sih dulu trekking menuju Air Terjun Cibodas bersama teman-teman kantor Bank Niaga waktu usiaku sekitar 23 tahun. Berarti kali ini trekking kedua atau bisa juga perdana hitungannnya karena sudah ga single hahaha.
Aku juga memikirkan nasib bantalan tulang punggung bawah yang pernah kambuh beberapa kali. Tahu ga sih, demi trekking ini aku makin semangat puasa bayar utang. Niat ibadah plus berharap diet berhasil hehehe. Senangnya. bobot tubuh berkurang 2 kg hahaha.
Alhamdulillaah, memang sudah 2 tahun lebih penyakitku ga kambuh karena belakangan ini aku memaksakan diri untuk lebih sering jalan pagi di Kebun Binatang Ragunan, Universitas Indonesia (UI), bersepeda di sekitar wilayah rumahku di Jagakarsa dan lain-lain. Insya Allah aman. Aku juga berdoa yang kenceng agar aku baik-baik saja selam trekking dan seterusnya aamiin.
Trekking dan Manfaatnya
Trekking itu sebenarnya adalah kegiatan berjalan kaki menelusuri alam bebas dalam waktu yang cukup lama. Trekking biasanya dilakukan di daerah pegunungan, hutan, atau pedesaan. Berbeda dengan jalan santai di taman, jalan cepat di GBK (Gelora Bung Karno), CFD (Car Free Day) dan sebagainya, trekking biasanya butuh tenaga ekstra karena medannya bisa naik-turun, berbatu, atau bahkan menyeberangi sungai kecil.
Tahu ga sih, teman-teman? Ternyata trekking bisa meningkatkan kesehatan fisik. Otot dan tulang kaki jadi lebih kuat. Kebugaran kardiovaskular pun meningkat, serta menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Trekking dapat mengurangi stres, membuat hidup lebih bahagia, meningkatkan daya ingat, memperbaiki kualitas tidur. Selain itu juga mempererat silaturahmi dengan teman bahkan menambah teman baru.
Memandang alam dari atas bukit, merasakan aliran air dari sungai kecil, dinginnya air dari curug, menikmati kicauan burung bernyanyi pasti bisa mengurangi stress dan kepenatan sehari-hari. Selain itu, trekking juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh, melatih otot kaki dan pernapasan, bahkan bantu meningkatkan fokus dan rasa percaya diri.
Tujuan utama trekking bukan sekadar sampai di puncak atau garis akhir, tapi menikmati setiap langkah perjalanan. Banyak orang trekking untuk mencari ketenangan, menjauh sejenak dari hiruk-pikuk kota, atau sekadar menikmati waktu bersama teman-teman. Intinya, trekking itu kombinasi antara olahraga, petualangan, dan terapi alam, semuanya dalam satu kegiatan yang menyenangkan.
![]() |
Senangnya Trekking Curug Sentul (Foto: Mbak Rien) |
Trekking Bareng Zona Trekking Sentul
Dengan setiap langkah, kami menjelajahi keajaiban alam dan menguji batas kemampuan diri. Trekking perdanaku bersama teman-teman Food Blogger Indonesia selain mbak Katerina ada juga mbak Bayu Fitri, Dian Safitri, Yesi Inntasari, Hanisah Sukma, Amanda Desty, dengan guide Kang Sopian membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.
Paket trekking kami saat rencana di grup adalah Curug Leuwi Asih level easy/ mudah. Destinasi yang dituju yaitu Curug Leuwih, Sungai Sangkuriang, Bukit Ilalang dan perkebunan. Durasi kurang lebih 1-2 jam dengan perjalanan 3 kilometer pergi dan pulang. Untuk biaya per orang sebesar Rp150.000.
Namun kami jadi pindah rute yang lebih jauh 4-5 kilometer dengan 4 curug, level medium (Gaya euy! Haha) harganya sama. Curug Leuwi Hejo, Curug Leuwi Benjol, Curug Leuwi Cepet dan Curug Leuwi Lieuk. Rasa lelah dan perut lapar dibayar dengan menu nasi liwet yang nikmat. Spot makan siang strategis menghadap persawahan dengan padi yang menguning.
![]() |
Trekking Bersama Food Blogger Indonesia & Zona Trekking Sentul (Foto: Mbak Rien) |
Fasilitas dan Perlengkapan
Fasilitas yang disediakan oleh @zonatrekkingsentul adalah tiket masuk wisata, tiket parkir, guide lokal, foto dokumentasi, tongkat trekking, P3K standar, jas hujan, air mineral. Belum termasuk makan siang, perlengkapan pribadi, transportasi, tips guide (seikhlasnya). Titik kumpulnya di Taman Budaya Sentul lebih tepatnya bergeser 100 meter saja di Weekend.ers Backyard.
Perlengkapan yang disarankan adalah memakai sepatu olahraga, topi, kacamata hitam, tas untuk perlengkapan pribadi, membawa baju ganti serta obat-obatan pribadi. Oh ya, untuk makan siang tersedia paket nasi liwet Rp40.000. Ada juga video drone Rp2.500.000 jika mau saja. Sewa mobil pick up Rp350.000 muat 8-10 orang. Bisa juga pakai kendaraan pribadi dari meeting point ke titik start trekking.
Baca juga:
Wisata Deng Batu Pandang Ratapan Angin
Curug Sikarim Dieng, Wisata AIr Terjun di Desa Tertinggi Pulau Jawa
Ekowisata Sungai Mudal, Secuil Taman Surga di Kulon Progo
Serunya Ramai-Ramai Naik Mobil Pick Up
Sabtu, 30 Agustus 2025 aku berangkat dari rumah pk 05.35 WIB, diantar suami ke Stasiun Lenteng Agung. Naik KRL turun di Stasiun Cilebut, janjian sama Manda dan Dian. Dari sana kami bertiga naik mobil online (tarifnya Ro54.000 dan tol Rp16.000) sampai lobby Taman Budaya Sentul, Bogor. Kami jalan kaki sekitar 100 meter saja untuk sampai di Weekend.ers Backyard dan bertemu dengan mbak Rien, Bayu, Hani dan Yesi.
Dari meeting point di depan Weekend.ers Backyard, kami naik mobil pick up sampai ke titik start trekking. Di mobil bak kami menikmati udara segar, sinar mentari yang muncul malu-malu sampai terasa menghangatkan, serta angin sepoi-sepoi hingga kencang. Keriuhan begitu terasa, dari obrolan ringan kayak kerupuk, TKA kelas 12, hingga pembahasan 17+8TuntutanRakyat.
![]() |
Berangkat, di Weekend.ers Backyard, Naik Mobil Pick Up |
Angin pagi masih sejuk, jalanan mulai ramai, dan kami duduk bertujuh di bangku mobil pick up sambil ketawa-ketawa. Barang bawaan ditaruh di bawah dekat kaki masing-masing, sementara smartphone siap siaga buat mengabadikan momen seru di setiap tikungan jalan. Suara kendaraan di sekitar menjadi pengiring perjalanan yang penuh canda, plus bonus pemandangan hijau perbukitan Sentul yang bikin mata adem banget.
Setiap kali mobil lewat jalan menanjak atau berlubang, kami refleks teriak bareng, “Woiii, hati-hati!” tapi ujung-ujungnya malah ngakak bareng. Ada yang sibuk selfie dengan rambut berantakan karena angin, ada juga yang merekam vlog sambil teriak-teriak karena getaran jalan. Benar-benar kayak rombongan piknik dadakan yang lepas dari rutinitas kota.
Tiba di Gerbang Wisata Curug Leuwi Hejo dan Mulai Trekking
Begitu sampai di titik kumpul Gerbang Wisata Curug Leuwi Hejo, aura semangat makin terasa. Mobil pick up berhenti, dan semua langsung turun sambil peregangan—maklum, duduk di bak bukan kursi empuk! Kami disambut udara segar khas pegunungan dan suara gemericik air dari kejauhan.
Rasanya campur aduk antara senang, lega, dan ga sabar buat lanjut trekking menuju curug. Oh, ya, beberapa dari kami sengaja mampir ke toilet umum dulu di sana untuk buang air kecil, bayarnya 2 ribu atau 3 ribu deh, lupa. Pokoknya, perjalanan naik pick up ini jadi pembuka yang seru banget buat petualangan hari itu!
Kami pemanasan gerakan ringan 'dipimpin' oleh Manda wkwkwkwk. Trekking Sentul level medium melewati perkebunan, persawahan dan 4 curug yang cantik yakni curug Leuwi Hejo, Leuwi Benjol,, Leuwi Barong dan 1 lagi belum sempat kami jelajahi. By the way, guide Kang Sopian, bilang, "Kalau ibu-ibu demen foto-foto, bagus banget di Curug Bidadari". Ok, gazzzkeun kapan.
Curug Leuwi Hejo
Curug Leuwi Hejo jadi salah satu destinasi favorit buat yang pengen healing tapi tetap mau sedikit tantangan. Meskipun air terjunnya ga terlalu tinggi, namun airnya jernih banget dan segar. Warna hijau toskanya bikin mata langsung adem. Makanya ga heran kalau banyak orang yang menyebut tempat ini “Hidden Paradise” di kaki Gunung Pancar.
Lokasinya masih alami, dikelilingi pepohonan rindang dan batu-batu besar. Untuk sampai ke curug, pengunjung perlu trekking sekitar 20–30 menit melewati jalur berbatu dan sungai kecil. Banyak orang datang ke sini buat main air, foto-foto, atau sekadar menikmati segarnya udara pegunungan.
Keberadaan Curug Leuwi Hejo sudah dikenal lama oleh warga sekitar Sentul, Bogor. Kata “leuwi” dalam bahasa Sunda berarti “kolam alami di sungai, sedangkan “hejo” berarti “hijau”. Jadi, “Leuwi Hejo” secara harfiah berarti “kolam hijau” yang menggambarkan warna airnya yang jernih kehijauan karena pantulan bebatuan dan pepohonan di sekitarnya.
Dulunya, Curug Leuwi Hejo hanyalah tempat bermain dan mandi bagi warga desa sekitar. Anak-anak kampung sering datang ke sini untuk berenang atau mencari ikan kecil di sungainya. Baru beberapa tahun belakangan, setelah banyak traveler dan komunitas pecinta alam mengunggah foto-fotonya di media sosial, tempat ini mulai populer dan dikelola sebagai destinasi wisata alam.
Kini, Leuwi Hejo dikenal sebagai salah satu curug paling hits di kawasan Sentul Paradise Park. Meskipun sudah ramai pengunjung, keindahan alaminya masih terjaga dengan baik. Penduduk lokal pun ikut mengelola kawasan ini, menyediakan tempat parkir, jalur trekking, dan warung-warung kecil untuk wisatawan. Jadi, selain punya pesona alam yang memikat, Leuwi Hejo juga punya nilai sejarah sederhana sebagai bagian dari kehidupan masyarakat lokal yang kemudian berkembang jadi ikon wisata Bogor.
Perjalanan menuju Curug Leuwi Hejo sendiri jadi pengalaman yang seru. Jalannya naik-turun, lewat batu-batu, jembatan bambu, dan sesekali harus nyebrang sungai kecil. Kapasitas jembatan bambu maksimal 10 orang, jadi mesti sabar bergantian melaluinya. Ga terlalu ekstrem, tapi cukup bikin jantung berdebar kalau belum terbiasa trekking.
Setelah melewati sebuah pos memasuki Curug Leuwi Hejo, kami berfoto sebentar di atas jembatan. Rupanya pengunjung di sini sangat ramai, akhirnya kami memutuskan untuk jalan terus. Sempat macet di tanjakan berliku dan terasa capek kedua kaki ini. Akhirnya duduk sebentar di atas saat menemukan warung kecil penjual camilan, mie rebus, gorengan, minuman, sandal jepit dan lain-lain.
Curug Benjol
Perjalanan menuju Curug Benjol ini ga cuma soal fisik, tapi juga petualangan yang penuh kejutan. Jalurnya masih alami banget, kadang harus lewat bebatuan licin, jembatan kayu sederhana, bahkan nyebur sedikit ke sungai kecil. Tapi justru di situlah keseruannya! Udara segar, suara air mengalir, dan pemandangan hijau di kiri-kanan bikin capek jadi nggak terasa. Apalagi tiap kali berhenti, pasti ada aja yang foto-foto buat stok konten blog dan Instagram, hehe.
Begitu sampai di Curug Benjol, semua langsung terpana. Air terjunnya memang ga tinggi, tapi debit airnya deras dan jernih banget. Ada yang duduk santai di batu besar, ada yang main air sambil teriak-teriak bahagia. Kang Sopian mengabadikan kami foto bersama dan satu per satu.
![]() |
Cerah Ceria di Curug Benjol (Foto: Mbak Rien) |
Curug Barong
Di Curug Barong, suasananya masih alami banget, dikelilingi pepohonan hijau dan udara yang super sejuk. Begitu sampai, kami para blogger langsung heboh cari spot foto terbaik. Ada yang naik ke batu besar biar dapat angle curug dari atas, ada juga yang duduk manis di tepi air sambil pose natural. Suara air terjun yang deras jadi latar sempurna buat hasil foto yang kelihatan dramatis tapi tetap santai.
Setelah puas foto-foto, ga tahan rasanya buat ga nyebur. Airnya dingin, tapi justru itu yang bikin segar banget! Kami main air sambil ciprat-cipratan, tertawa lepas seperti anak kecil. Ada yang berenang kecil di kolam alami, ada juga yang cuma rendam kaki sambil menikmati suasana tenang.
Momen di Curug Barong ini benar-benar jadi pelengkap petualangan. Antara suara alam, tawa teman-teman, dan keseruan main air, semuanya terasa menyatu. Rasanya pengin lama-lama di sana, menikmati keindahan alam tanpa gangguan apa pun.
Berteriaklah sekencang-kencangnya di tengah gemuruh curug. Lepaskan semua beban dan emosi. Rasakan adrenalin yang mengalir deras. Nikmati kebebasan tanpa batas di alam yang memesona. Kami mencapai Curug Barong yang letaknya agak tersembunyi. Air terjun yang berada di area Gunung Pancar Sentul, tepatnya di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang ini terbilang sulit dilalui.
Airnya berwarna biru jernih, terasa dingin dan segar. Ada juga telaga berbatu yang terlihat jelas dari atas. Jangan berenang di dekat air terjunnya karena ada pusaran yang cukup kuat. Cukup main air di pinggir kolam dan ciptakan momen di bebatuan.
Mampir di Warung, Makan Mie Rebus dan Ngopi
![]() |
Jajan di Warung, Curug Barong dan Bahagia (Foto: Mbak Rien) |
Makan Nasi Liwet di Tepi Sawah
Dalam budaya Sunda, makan nasi liwet atau ngaliwet menjadi simbol keharmonisan dan kebersamaan. Biasanya disantap bersama di atas hamparan daun pisang. Nasi liwet memiliki makna filosofis, bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikam.
Setelah selesai trekking rute medium Leuwi Hejo, Leuwi Benjol dan Leuwi Barong kurang lebih 5 km PP, kami langsung menuju rumah makan untuk santap siang. Nasi Liwet dikenal dengan rasa gurih yang berasal dari santan, kaldu ayam, serta rempah-rempah seperti bawang, daun salam dan serai untuk memasaknya disajikan dalam dandang.
Di atas tampah tersaji ayam goreng, tempe dan tahu goreng, lalapan, kemangi, mentimun, selada air, terong, kol. Ditemani sepanci sayur asam dan semangkuk sambal tomat. Minumannya teh tawar panas disediakan dalam termos besar. Pas banget diminum setelah capek trekking. Kombinasi sederhana tapi nikmatnya luar biasa.
![]() |
Makan Nasi Liwet di Tepi Sawah |
Setelah trekking menyusuri curug-curug di Sentul, perut rasanya langsung keroncongan. Begitu sampai di tempat makan yang sudah disiapkan. Wah, suasananya bikin jatuh cinta seketika! Rumah makannya sederhana, tapi cantik dengan saung-saung bambu yang menghadap langsung ke hamparan sawah hijau. Anginnya sepoi-sepoi, suara gemericik air dari saluran irigasi, dan aroma nasi liwet yang baru matang langsung menggoda banget.
Makan di tepi sawah sambil ngobrol santai bareng teman-teman blogger benar-benar jadi penutup sempurna setelah seharian jalan kaki. Ga cuma kenyang di perut, tapi juga hangat di hati. Rasanya pengen lama-lama duduk di saung itu, menikmati suasana desa yang damai dan jauh dari hiruk pikuk kota.
Kenyang, Bahagia dan Ketagihan Trekking Lagi
Pulang menuju Weekenders Backyard setelah kenyang bahagia makan nasi liwet, kami naik mobil pick up lagi. Saat itu hujan rintik-rintik. Kang Sopian membagikan jas hujan aneka warna pada kami. Kayak gini aja heboh, ada yang pengen warna ungu, hijau, biru, pink dan lain-lain kayak bocah wwkwkwkwk 😄
Momen-momen seru diabadikan lewat kamera smartphone Mbak Rien yang hasil foto dan videonya kece banget. Thanks so much, mbak Rien 💚😂 Apalagi pas dicekrekin sama Kang Sopian, guide kami yang sigap dan sabar mengarahkan gaya, syut dari berbagai angle. Saat melihat hasilnya, hati rasanya hangat. Semua tampak bahagia, wajah lelah berubah jadi senyum puas.
![]() |
Trekking Curug Leuwi Hejo, Curug Benjol, Curug Barong dan Makan Nasi Liwet di Tepi Sawah |
Aku dan teman-teman kecuali Hani yang pergi dan pulang dengan mobil pribadinya, pulang nebeng mobil mbak Rien yang suaminya setia menunggu sejak awal hingga kembali ke rumah. Terima kasih mbak Rien dan Mas Arif 😄Aku, Manda dan Dian turun di bawah JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) AEON Mall Tanjung Barat, lanjut naik KRL.
Saat itu hujan turun sangat lebat, sampai bingung mau naik apa. Aku turun di Stasiun Lenteng Agung, disambung angkot biru 83, turun di depan jalan masuk ke rumahku jalan kaki 50 meter saja. Begitu masuk rumah, sepatuku yang memang sudah uzur akhirnya nganga juga hahaha 😁 Bersyukur pas sduah tiba di rumah. Kode belanja sepatu nih (Iya, alhamdulillaah sekarang udah punya yang baru, uhuyyy!).
Perjalanan trekking bersama teman-teman blogger ini bukan cuma soal menaklukkan jalur curam atau mencapai curug yang indah, tapi tentang kebersamaan dan semangat saling menyemangati di setiap langkah. Meski peluh bercucuran dan napas terengah, tak ada satu pun yang menyerah. Ada rasa syukur, bahagia, dan kagum pada diri sendiri. Ternyata kita bisa sejauh ini, bersama, dan penuh tawa.
No comments:
Terima kasih atas kunjungan teman-teman :) Semoga betah membaca kisah seru dan penuh memori di blogku ini. Silakan tinggalkan pesan, kesan maupun saran. FYI, seluruh komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu. Oh ya, komentar dengan link hidup tidak akan aku munculkan.