Rumah petakan itu terletak di pinggir
jalan raya yang biasa dilalui Kopaja 616 jurusan Cipedak-Blok M dan angkutan
kota 128 jurusan Warung Silah-Depok. Sebuah tempat tinggal sewaan yang jauh
dari kata ‘sederhana’. Tepat di depan pintu masuk, tertera tulisan di sebuah
papan putih seperti ini,”Dewasa: Rp 50.000 Anak: Rp 30.000 (Di tempat). Dewasa:
Rp 60.000 Anak: Rp 40.000 (Dipanggil ke rumah). No HP: 0818xxxxxxxx”.
Dear Bang Arinando, apa kabarmu hari
ini? Aku harap kamu selalu dalam keadaan baik, sehat tanpa kurang suatu apapun.
Kaget ya, tiba-tiba aku berkirim surat seperti ini? Biasanya kita kan saling
telepon, chatting, whatsapp atau email. Sekali ini aja kayak orang jadoel hehehe. Kamu lagi ngapain sekarang? Hhmm…jangan bilang deh
kalau kamu sedang bersama si Marl!
Ingat nggak saat kita bertemu beberapa
bulan yang lalu? Di pojok kursi kafe itu kamu nggak henti-hentinya bergandengan
tangan dengan si Marl. Masih saja ya….Berapa semua? Ada enam ya kalau nggak
salah? Memang sih…kamu nggak salah karena sengaja memilih ruangan khusus
perokok.
Dulu, aku
pernah membencimu karena alasan yang konyol
Dulu, aku
tidak ingin menjadi seorang ibu seperti Mama
Dulu, aku
pernah mengata-ngataimu dengan julukan aneh
Dulu, aku
seringkali berucap "aahh!" padamu
Dulu, aku
sering tidak mematuhi kata-katamu
Saat itu aku sedang merapikan beberapa
dokumen penting di lemari sudut kamarku. Tak sengaja, aku menemukan sebuah foto
berukuran 5R di dalam file catatan
kesehatanku. Bukan pemandangan indah yang pantas dipandang. Foto tersebut
adalah gambar usus yang telah diambil dari bagian alat pencernaan dalam
tubuhku. Tampak membusuk dan mengeluarkan cairan yang cukup menjijikkan.
Aku teringat kurang lebih enam tahun
yang lalu, aku divonis menderita penyakit usus buntu. Saat itu aku tengah hamil
muda. Usia kandunganku memasuki delapan minggu. Tak kusangka, vonis tersebut
menyebabkanku harus menjalani operasi pada hari itu juga. Gejala penyakit yang
kurang kurasakan selama
Tumpukan pakaian itu sudah hampir
selesai kurapikan. Lalu aku memasukkannya ke dalam tiga tas besar terpisah. Suamiku
segera mengeluarkan motor skuter matic
dari garasi dan mengangkat tas itu satu per satu. Tas biru berukuran sedang
ditaruh di depan injakan kaki, sedangkan ranselnya ditaruh di belakang
pundaknya dan yang paling besar di boncengan belakang.
Profile
Assalaamu"alaikum 😊 Perkenalkan, nama saya Nurul Sufitri, mama Rafa dan Fakhri yang lahir di Bandung, 5 September. Saya adalah puteri pertama dari tiga bersaudara dalam keluarga. Tahun 2001 lulus S1 dari Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pancasila Jakarta.
Pada Hari Minggu tanggal 26 Februari 2017 lalu
saya berwisata belanja di Museum Tekstil Jakarta, lokasinya di Jalan K.S Tubun
No. 2-4 Jakarta. Acara Wisata Belanja
blogger ini diselenggarakan oleh Kriya Indonesia yang diprakarsai oleh mbak Astri Damayanti dan didukung oleh Honestbee.
Tags:
Subscribe to:
Posts (Atom)